Tips Memanajemen Diri yang Baik Bagi Seorang Muslim
Tips Memanajemen Diri yang Baik Bagi Seorang Muslim | “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrahim:24-16).
Demikian Al-Qur’an dengan sangat indah menggambarkan tentang kepribagian ideal seorang muslim. Di dalam ayat tersebut memberikan perumpamaan seorang manusia hendaknya seperti sebatang pohon yang kokoh. Dilihat dari kacamata manajemen diri, akar pohon adalah konsep diri. Batag adalah kepribadian dan perilaku, sementara buah adalah amalnya.
Akar yang kuat, menopang batang yang kokoh sehingga dahannya akan panjang dan menjulang. Kemudian ketika berbuah pohonnya tetap kokoh, tidak roboh meskipun digantungi buah yang banyak. Buahnya pun manis-manis, berkualitas baik. Inilah gambaran muslim yang sukses, Dalam bahasa Rasulullah Muhammad saw disebut sebagai orang yang terbaik, yaitu yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Dala bukunya, Steven Covey mengistilahkan kesuksesan ini dengan pribadi efektif, pribadi, yang dapat mencapai tujuan. Sementara Anis Matta dalam bukunya menggambarkan orang sukses sebagai orang yang berkontribusi banyak sesuai keahliannya.
Untuk menjadi muslim sejati atau yang digambarkan sebagai pohon yang berakar kuat, berbatang kokoh, dan berbuah banyak tadi, setidaknya ada tiga hal yang perlu kita lakukan, yaitu:
- Mengetahui model manusia muslim ideal
- Mengetahui diri kita dengan baik
- Mengadaptasikan model ideal kepada diri kita
Setidaknya ada sepuluh karakter manusia muslim yang ideal, yakni:
- Beraqidah lurus, sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah dalam Al-Qur’an dan sunnah. Dalam kehidupannya senantiasa menjauhi syirik, tahayul, sihir dan jampi yang sesat.
- Beribadah secara benar, sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah saw serta menjauhi bid’ah.
- Berakhlak mulia.
- Berbadan sehat dan kuat.
- Berwawasan luas, intelek, dan cerdas.
- Berjuang melawan hawa nafsu dan menggiring hawa nafsunya sesuai ajaran Islam.
- Pandai mengatur waktu.
- Profesional dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
- Memiliki kemampuan untuk mandiri dan kuat secara ekonomi, dapat membiayai diri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya, juga menunaikan hak ekonomi dalam agama (zakat, infaq, sedekah).
- Bermanfaat bagi orang lain, sesuai hadist Rasulullah saw, diriwayatkan dari jabir, Rasulullah saw bersabda: “Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).
Konsep diri adalah cara pandang seseorang terhadap dirinya, juga nilai-nilai yang dianutnya. Visi, Misi, cita-cita, sifat (kekuatan dan kelemahan), merupakan bagian dari konsep diri. Membangun konsep diri membantu kita merencanakan keseuksesan ke depan. Bahkan salah satu ekspresi yang kuat dari takwa adalah merencanakan pengembangan diri kita, sebagaimana disebtukan dalam Al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr:18).
MEMPUNYAI VISI DAN MISI
Sederhananya, visi adalah tujuan atau sasaran yang ingin dicapai sementara misi adalah cara untuk mencapai visi itu sendiri. Visi adalah jawaban atas pertanyaan “Apa” sementara misi adalah jawaban dari pertanyaan ‘kenapa’ dan ‘ bagaimana’. Tentu saja konsep hidup kita sangat berpengaruh dalam menentukan visi dan misi. Sebagai muslim yang mengimani kehidupan abadi setelah mati, tentu saja visi dan misi akan jauh lebih panjang melibatkan akhirat, daripada mereka yang berorientasi dunia semata.
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashas:77).
MEMPUNYAI CITA-CITA DAN TARGET
Cita-cita lebih berorientasi pada kesuksesan hidup di dunia, tetapi tetap dalam bingkai visi dan misi. Cita-cita melibatkan unsur potensi, kemampuan, dan kondisi luar yang mendukung. Cita-cita berjangka lebih pendek dari visi. Sementara target adalah hal yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Target juga merupakan tahapan dalam mencapai cita-cita. Untuk mempermudah, target disusun dengan batasan waktu. Misalnya 20 tahun kedepan, target 10 tahun, target 5 tahun, dan target tahunan. Cita-cita dan target merupakan rencana dari konstribusi kita.
ANALISA KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN TANTANGAN DIRI.
Menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan diri akan memudahkan kita menyusun rencana hidup. Nilailah diri kita baik dari sisi positif maupun negatifnya. Gali segala potensi-potensi yang dimiliki baik yang berskala besar maupun yang kecil. Bakat, minat, keterampilan dan hal-hal positif lainnya perlu diinventarisir dangan lengkap. Lihatlah dan amati dengan seksama segala kelebihan spesifik yang dimiliki dibandingkan dengan orang lain. Jangan ragu dan malu untuk mengungkapkan kehebatan kita serta mencatatnya.
Begitu pula kelemahan dan kekurangan yang ada dalam diri kita. Inventarisir semua yang ada baik yang telah menjadi karakter maupun yang akan menimbulkan potensi-potensi negatif kedepannya. Inventarisir sisi positif dan negatif diri kita ini juga bisa dilakukan dari sisi orang lain, dengan meminta pendapat atau masukan dari orang-orang disekitar kita. Namun, jangan terlalu bangga dengan pujian, juga dengan patah semangat ole kritikan. Ada sebuah doa yang diajarkan oleh Abu Bakar Assidiq ra : “Ya Allah ampunilah aku atas apa yang mereka tidak ketahui tentang aku, dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka duga”.
Selain melihat 10 kriteria di atas, kita perlu menggali ilmu lebih dalam tentang kehidupan Rasulullah saw. Membaca dan mempelajari siroh nabi dan para sahabat, karena merekalah manusia pilihan, role mode kita. Selanjurnya, terbukalah terhadap masukkan yang bisa meningkatkan kualitas diri kita.
BERKOMITMEN UNTUK MENJADI LEBIH BAIK
Setelah kita menganalisa diri, kita dapat menganalisa bagaimana kondisi kita saat ini? Sudah seberapa amal yang telah kita lakukan? Sudah berapa banyak manfaat yang telah kita berikan untuk umat? Tentunya kita menginginkan agar setiap hari kita menjadi manusia baru yang terus berubah menuju perbaikan. Agar kita menjadi manusia yang beruntung seperti yang digambarkan dalam Al-Qur’an surat Al Ashr. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Semoga awal tahun ini menjadikan muhasabah bagi kita untuk mengawali dengan kebaikan, mengisi dengan kebaikan, dan berakhir dengan kesuksesan. Amiin.
Search Buletin: Tips Memanajemen Diri yang Baik Bagi Seorang Muslim, Managemen diri muslim sejati, Agar seorang muslim menjadi pribadi yang lebih baik, tips agar menjadi seorang muslim yang sukses
[Sumber: Buletin Da’wah Hidayah-Edisi 288 / 28 Shafar 1434 H]
[Gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif0X-waKENhF7v2u_UOZl07Zl_UlxGroosrisDuzMI0_3_W1lEWcBb-IioBPzaHHQWVyJV9_0hKUR2XucechtDIved6CnhyphenhyphenUrED600wzNVCVcU50iYz4uYojLqZf28WbBA72kJpQw9dhES/s400/pemuda+islam.jpeg]
0 Response to "Tips Memanajemen Diri yang Baik Bagi Seorang Muslim"
Post a Comment
Terimakasih atas kujungannya, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan sesuai dengan materi artikel! Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.