Mengetahui Hikmah di Tahun Baru Hijriyah

Mengetahui Hikmah di Tahun Baru Hijriyah

Mengetahui Hikmah di Tahun Baru Hijriyah | Tahun 1434 H telah berakhir dan datanglah tahun baru 1435 H. Menyadari hakikat tahun baru hijrah, umat Islam sebagai umat terbaik dan sepatutunya menjadi suri tauladan yang baik kepada orang lain haruslah mempunyai cara dan sikap yang menjunjung tinggi ajaran wahyu dalam menyambut datangnya tahun baru hijrah, agar dapat membedakan dengan cara dan adat orang lain.

Sebagai Ummat Islam, Ummat Nabi Muhammad saw, sepatutnya kita menyembut pergantian tahun yang ditentukan oleh Allah sebagai tahun yang dipakai dalam penentuan wahyu dalam menjalankan syariat Islam. Cara memperingati tahun baru seperti yang Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir bulan Dzulhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan pusa. Dan Allah swt menjadikan Kaffarot / tertutup dosanya selama 50 tahun.

Pada awal tahun Hijriyah itulah permulaan fajar Islam mulai menyingsing dengan di awali degan Hijrahnya Rasulullah saw bersama para sabiqulan awwalun dari kota Makkah ke Kota Madinah. Itulah tonggak sejarah Islam, Ummat Islam, dicanangka keseluruh dunia. Kedatagan tahun baru Islam agak sepi akibat begitu lama umat Islam terjajah dan terlalu membesar-besarkan penggunaan kalender masehi dibandingkan tahun hijrah dalam kehidupan sehari-hari. Budaya ini menyebabkan umat Islam sendiri tidak ingat bulan-bulan dalam Islam kecuali Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah saja.

Inilah antara lain usaha besar kaum kuffar merusak serta menjauhkan umat Islam dari ruh Islam, termasuk memastikan umat Islam tidak menghayati tahun hijrah dalam kehidupan. Agak jarang umat Islam mengucapkan selamat tahun baru, umat Islam sudah terjajah oleh budaya kuffar. Mungkinkah umat Islam mampu memprakarsai kembali penggunaan tahun baru hijrah. Jawabannya ada pada tindakan dan kesungguhan umat Islam dalam merealisasikannya. Jika dalam pemakaian tahun pun susah kita berhijrah maka mungkinkan kita mampu hijrah dari sistem jahiliyah kepada sistem Islam.
Marilah kita berhijrah dari jahiliyah kepada Islam, kufur kepada Iman, lemah kepada kkuat, sesat kepada kebenaran, kegelapan kepada cahaya, dosa kepada pahala, mundur kepada maju. Oleh karenanya marilah insaf bahwa jika kita ingin mengembalikan ruh hijrah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabat sehingga Islam mampu merajai dunia maka kita harus maka kita harus kembali kepada Islam dalam secara “kaffah” atau totalitas dalam semua aspek kehidupan. Sebagaimana kita ketahui bersama hijrah Nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah telah membawa perubahan besar terhadap peradaban umat manusia, perubahan dari zaman jahiliah menuju peradaban madiniah di bawah naungan cahaya illahi dengan kata lain Rasulullah saw melakukan perubahan yang paling fundamental dalam kehidupan, dari kehidupan yang tidak memiliki peradaban ke arah kehidupan yang penuh rahmat ampunan dan kasih sayang.

Teladan yang diberikan oleh Rasulullah saw kepada kita semua, memberikan inspirasi penting untuk membangun sebuah peradaban baru di masa yang akan datang, kita dapat mengambil perlajaran bagaimana beliau mulai membangun peradaban Islam dari tataran individual menuju tataran sosial yang lebih baik. Pada tataran individual Rasulullah menegakkan hakidah nafsiah yaitu menegakkan hakidah dalam diri setiap insan. Hal ini mengandung makna bahwa segala sesuatu yang kita rencanakan untuk berbah justru harus dimulai dengan melakukan perubahan dari diri sendiri. Perubahan yang kemudian lebih meluas membangun komitmen bersama kearah pembentukkan sebuah tatanan kehidupan yang ditetapkan pada masyarakat Madinah.

Rasulullah saw membangun sebuah konsep syariah istima’yah yaitu konsep hukum, kemasyarakatan yang meliputi penegakan hukum, sosial, politik dan ketatanegaraan. Dari madinahlah kita menyaksikan apa yang dikenal dengan persamaan di depan hukum dan pemerintahan, diprakterkan secara bermartabat dan beradab, dari madinah pula kita menyaksikan bagaimana hukum ditegakkan secara tegas, demikian pula dengan kerjasama antar kelompok yang berbeda keyakinan agamanya, tentu masih banyak pelajaran berharga yang kita petik dari Rasulullah, karena itulah tidah berlebihan kalau saya menggunakan kesempatan yang sangat membahagiakan ini, untuk mengajak kepada seluruh umat Islam di tanah air agar senantiasa mempelajari, menggali dan mengaktualisasikan semuanya itu dalam kehidupan sehari-hari.

Dari sekian ragam peristiwa penting Islam, peristiwa hijrah sesungguhnya menempati posisi yang utama. Sebab, peristiwa ini bukan saja menandai babak baru penanggalan Islam yang ditetapkan oleh Umar bin Khattab, melainkan juga sebagai titik balik peradaban Islam terkonstruksi dengan gemilang. Karena itulah, setiap tahunnya kita memperingati peristiwa hijrah sebagai tahun baru Islam. Harapannya, tentu disamping memutar kembali klise peristiwa fenomenal itu, juga mencoba menggali makna hijrah secara aktual da kontekstual.

Puncak kegemilangan sejarah Islam lewat momen hijriyah patut dibilang sebagai sebuah revolusi tanpa kekerasan yang pertma kali dalam sejarah. Dalam waktu yang cukup singkat Muhammad mampu mengubah wajah kota Madinah dari pola masyarakat yang diskriminatif, primordialis-fanatis dan eksklusif menjadi masyarakat yang terbuka, egaliter, dan penuh dengan nilai-nilai persaudaraan. Kota Madinah yang awalnya diselimuti oleh pertentangan antarsuku menjadi komunitas yang dipenuhi dengan semangat kolektif untuk membentuk peradaban baru.

Atas kesuksesan ini sangat beralasan bila Michael Hart dalam The 100: A Rangking of The Most Influental Person in History telah menempatkan Muhammad pada urutan pertama. Muhammad tidak hanya sukses membangun peradaban baru Islam tetapi juga mampu mengkombinasikan unsur sekuler dan agama dalam satu rincian peradaban Madinah. Muhammad tidak hanya tampil sebagai seorang agamawan yang selalu mendermakan pesan spiritualnya, tetapi ia juga tampil sebagai negarawan yang adil dan bijaksana. Islam telah didudukkan tidak hanya sebagai agama yang berisi panduan ritual, tetapi juga sebagai etik-moral yang selalu hidup ditengah masyarakat.

Menyadari keagungan sejarah “hijrah” ini maka tidak khilaf apakah umat Islam menetapkan tahun barunya dengan merujuk pada sejarah hijriyah. Hal ini mempunyai arti bahwa lebaran baru Islam tidak dibuka dengan keagungan seorang tokoh semisal dengan memperinganti kelahiran Nabi. Akan tetapi, Islam mengawali setiap lembaran barunya dengan semangat kelahiran peradaban baru Islam di Madinah.

Apa yang diharapkan dengan dijadikannya hijriyah sebagai tahun baru Islam? Kembali umat Islam memperingati sejarah sucinya. Sudah seribu empat ratus dua puluh tujuh tahun peristiwa ini berlalu. Namun, sejak itu pula semangat hijriyah tidak pernah usang dimakan zaman karena selalu disegerakan dengan peringatan dan perayaan setiap tahunnya. Oleh karenanya, setiap kali umat Islam merayakan tahun barunya seketika itu pula semangat umat Islam disegerakan.

Setiap tahun kaum muslimin kembali diingatkan dengan memori keemasan sejarahnya. Dan, setiap tahun pula semangat dan makna hijriyah ini akan menjadi kekuatan yang merevitalisasi dan mampu mendorong semangat umat Islam. Tentunya semangat hijrah diharapkan mampu menjadi semangat baru bagi umat Islam dalam memulai ajarannya pada detik ini dan pada masa selanjutnya. Karenanya, makna hijriyah harus terinternalisasi dalam diri kita dan diolah menjadi sikap yang luhur dan dinamis dalam menata masa depan yang lebih baik.

Melihat kenyataan ini Indonesia tampaknya harus menjalani hukum sejarah dari sebuah peradaban. Tentunya bangsa ini tidak memaknai hijrah dengan perpindahan fisik layaknya hijrahnya nabi meninggalkan Mekkah. Yang bisa dilakukan oleh bangsa ini adalah hijrah maknawi. Artinya, bangsa Indonesia butuh semangat hijrah dari kemerosotan ekonomi, sosial, politik dan hukum menuju peradaban yang mencerahkan. Peradaban yang lebih menjamin kesejahteraan masyarakat, keterbukaan dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Search buletin : Mengetahui Hikmah di Tahun Baru Hijriyah, Bagaimana makna hijrah bagi kaum muslimin, tahun baru hijriyah momentum kebangkitan Islam, pelajaran yang bisa diambil dari Hijrah nabi muhammad, agar hijrah dapat lebih bermakna, hikmah yang dapat dipetik dari kisah Hijrah.

[Sumber: Buletin Da’wah Hidayah-Edisi 331 / 04 Muharram 1435 H]
[Gambar:https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHLNL8iNS-mu4JEYIRB1stNd6y6UX7i_dpSaW-DnchPaxAyV87s6nJ25bG4uZbGRqrlrpwZPt7gOSxAjESNcXrabTeUuXR2eeLOwJQD5wdub6VLSWnIlphvY8IX2H-iqRvIxCxDPf0tyA/s400/lC8ZuNKVey-1.jpg]

0 Response to "Mengetahui Hikmah di Tahun Baru Hijriyah"

Post a Comment

Terimakasih atas kujungannya, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan sesuai dengan materi artikel! Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.