Bagaimana Cara Menjadi Menantu Yang Baik dalam Islam

Bagaimana Cara Menjadi Menantu Yang Baik dalam Islam

Bagaimana Cara Menjadi Menantu Yang Baik dalam Islam | Pernikahan tidak saja mengeratkan hubungan antara dua orang manusia, yaitu suami dan istri saja. Lebih dari itu, ia mengeratkan hubungan antara dua keluarga: Ayah suami dengan ayah istri, ibu suami dan ibu istri, bahkan keduanya sekaligus. Dengan begitu tatkala seorang telah menikah, berarti ia menghubungkan minilmalnya empat manuisa yang bias jadi tidak memiliki kedekatan samasekali sebelumnya.

A. BERBAKTI BERSAMA-SAMA

Kewajiban berbakti ini tidaklah terputus ketika seseorang telah menikah, namub berubah posisi dan metode penerapannya saja.

Sebagai istri yang baik hendaknya memahami kewajiban suami berbuat baik kepada orang tuanya, lebih khusus lagi kepada ibunya yang harus diutamakan melibihi hak dirinya. Pada suatu kesempatan, Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, sebagaimana disebutka dalam hadist berikut: Abu Hurairah berkata, “Ada seorang laki-laki dating kepada Rasulullah seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah , siapa orang yang berhak aku pergauli dengan baik?’ Maka beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Ia bertanya lagi, ‘Lalu siapa lagi setelahnya?’ Beliau menjawab, ‘Lalu Bapakmu.’”

Seorang suami juga harus memahami kewajiabn istrinya untuk berbuat baik kepada orang tuanya, meski hak dirinya harus lebih diutamakan oleh istrinya. Sebab, memang hak suami terhadap istri jauh lebih agng daripada hak orang tua istri atas diri maupun suaminya. Sampai-sampai Rasulullah menandaskan keagunga tersebuat dengan sabdanya :

“Bila saja aku memperintahka seseorang bersujud (denga sujudp engagungan) kepada orang lain , sungguh aku akan memperintahkan seorang istri agar bersujud kepada suaminya.”

B. BERKUNJUNG DAN BERSUA

Diantara bentuk berbuat baik kepada orang tua dan mertua adala berkunjung ke rumah mereka. Malah bias jadi ini menjadi kebaikan yang istimewa bagi orang tua maupun mertua. Maka perlulah kiranya setiap pasutri memprogamkan kunjungannya ke rumah orang tua maupun mertua.

Jarang mengunjungi orang tua atau mertua bahkan bias menjadi masalah yang terkadang tidak bias dianggap sepele. Tatkala pasutri jarang mengunjungi orang tua atau mertua kecuali pada waktu yang longgarsaja, itu pun pada kesempatan yang sangat jarang, maka keadaan ini bias saja menjadi masalah dalam rumah tangga mereka.

Bila jarang kunjung sebab jauhnya tempat tinggal, pasutri harus tau bahwa para orang tua dan mertua pun telah memakluminya. Sehingga masalah ini tidak dibawa sampai ke mereka. Malah bias jadi menyusahkan mereka dan tidak lagi membuat gembira serta melapangkan perasaan mereka.

Jauhnya tempat tinggal bukan berarti putusnya suatu hubungan. Alhamdulillah, zaman sekarang sarana infotmasi dan telekominikasi begitu mudah dinikmati dalam kebaikan ini. Pasutri bias memanfaatkan pembicaraan via telepon misalny, untuk teteap berhubungan baik dengan orang tua ataupun mertua. Bias jadi hubungan percakapan menjadi cukup memuaskan dan menyelesaikan masalah yang timbul.

C. DI RUMAH MERTUA

Bila pasutri berkomitmen denga ajaran agama, maka mereka akan saling mendorong dalam pengalaman nilai-nilai agama. Perkara yang penting, tatkala pasutri sama-sama shalih maka suami akan bertanggung jawab sebagai suami dan istri akan berperan aktif dalam pendidikan anak-anak dengan pendidikan yang baik sesuai nilai-nilai Islam.

Berkunjung ke rumah mertua tidak cukup hanya dalam waktu yang singkat semata, nsmun tentunya akan butuh waktu untuk menyelesaikan hajat kunjungannya. Di saat seperti ini, mungkin akan timbul masalah akibat kemungkaran dirumah mertua. Salah satu contohnya sekarang ini adalah adanya TV. Adanya TV menjadikan anak betah di depan TV karena dampak negative yang sangat membahayakan mereka pun akhirnya terasa sia-sia belaka.

Dalam kondisi seperti ini bisa jadi pasutri seakan terbentur pada masalah besar yang memusingkannya. Tentu ini adalah hal yang perlu dicari solusinya.

Terkadan sebab adanya TV ini pasutri harus saling berdusta. Bahkan sebagai bapak atau ibu harus juga berdusta kepada anak-anaknya. Padahala kita tahu dusta adalah dosa besar. Namun problem ini memang dilematis. Satu sisi pasutri ingin anaknya tumbuh dengan baik menjadi anak-anak yang shalih yang tidak teracuni oleh virus jahat yang dijajakan oleh TV, disisi lain merka harus tetap menjaga hubungan baik dengan mertua sebagai bakti mereka kepada keduanya.

Jadi, urusan anak-anak tetap menjadi tanggung jawab pasutri dan meraka yang akan mendapat kebaikan bila anak-anakya berkelakuan baik. Apabila pendidikan anak sejak dini baik, tentu akan lebih mudah memperbaiki kelanjutannya di massa dewasa. Maka, sebisa mungkin orang tua memerthatikan anaknya dalam pengaruh TV tehadap anak

D. HINDARI PENYULUT MASALAH

Ketika masalah yang muncul dirumah mertua timbula akibat pasutri tidak dapat mengambil sikap yang baik dalam bergaul. Tentu hal ini tidak diingingkan. Maka pahamilah kira-kira penyulut masalah terdebut agar sebisa mungkin dihindari untuk meminimalkan masalah yang timbul bila tidsk bis ditahan seluruhnya.
  1. Sikap yang mengandung cemburu. Hindari sikap berlebih-lebihan terhadap pasangan. Sebab sikap berlebih-lebihan saat dirumah mertua bisa memicu sikap kecemburuan. Bisa jadi ibu cemburu sebab anaknya yang dahulu memperthatikan anaknya dan sekarang memperhatikan suaminya. Ataupun sebaliknya. Ini tentu sikap berlabihan yang tidak pada tempat dan saatnya. Bisa juga bukan ibu yang cemburu, namun saudari pun ikut cemburu. Sebab saudari atau saudaranya yang dahulu begitu dekat dengannya sekarang hambar pergaulannya, sebabnya juga sikap berlebihan pasutri dihadapan saudarinya.
  2. Tradisi tertentu dan status sosial tertentu pada sebagian masyarakat masih saja menjadi tolak ukur baik tidaknya pernikahan anak-anak mereka. Maka sebagian anak dan menantu yang baik harus memaklumi hal ini apalagi dalam kenyataan tradisi maupun status soisal mereka berbada. Maka jangnlah melulu memperthatikan trades diri dan sttus sosilan saja. Namun memperhatikan dimana saat ini kita berada. Sikap adaptasi yang baik akan membuntu jalan munculnya maslah. Namun demikian, bukan pasutri harus melunturkan seluruhnya. Tidak. Pasutri harus tetap teguh dan konsisten dengan pendirianya, tetap berada diatas kebenaran nilai-nilai isalm yang selama ini telah dibinanya.
  3. Tidak pandai menghargai. Ini merupakan penyulut api maslah. Bisa jadi sebagian pasutri merasa tidak begitu butuh kasih saying orang tua maupun mertua lagi, ia hanya cukup dengan kasih sayang pasangannya saja. Akhirnya mereka meremehkan orang tua dan tidak menghargai mereka lagi. Akibat yang timbul dan bisa dibaca ialah hubungan antar meraka dengan orang tua ataupun mertua menjadi dingin-dingin saja. Inilah penyulut masaah itu. Mestinya mereka menyadari apa yang telah kita sampaikan di muka,bahwa mereka harus tetap berhubungan baik dengan orang tua maupun mertua. Bila tidak, bisa jadi akan timbul kedengkian, lal kebencian yang akan terus berlanjut kepada anak-anaknya. Na’udzubillah.
Search Buletin : Bagaimana Cara Menjadi Menantu Yang Baik dalam Islam, Pandangan Ajaran Islam tentang Menantu Yang Baik, Tips menjadi menantu yang baik, Tips memilih menantu yang baik dan perhatian

[Sumber: Buletin Al Furqon Tahun Ke-6 Volume 5 No.4]
[Gambar: https://fbcdn-sphotos-d-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/577171_375688039176927_888690173_n.jpg]

0 Response to "Bagaimana Cara Menjadi Menantu Yang Baik dalam Islam"

Post a Comment

Terimakasih atas kujungannya, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan sesuai dengan materi artikel! Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.