Allah Menegur Kita
Allah Menegur Kita | Kehidupan setiap insan pada dasarnya adalah berpasang-pasangan, ada suka ada duka, ada bahagia dan sedih, kadang di atas kadang di bawah, ada karunia dan musibah, ada kemuliaan dan kehinaan, dll. Tetapi sejauh mana perjalanan tersebut mengajarkan kapada kita tentang arti kehidupan, tidak akan berarti bagi kita jika kita tidak mau mengambil hikmah atas kejadian tersebut, dan tidak akan bermakna jika hal itu tidak membuat kita lebih dekat kepada Allah SWT.
Seperti yang tengah terjadi di Negara kita saat ini. Banjir di mana-mana, bahkan hampir seluruh pelosok di Negara ini tidak terhindarkannya. Gunung Sinabung yang kemungkinan berbulan-bulan ke depan terus aktif mengeluarkan isi perutnya. Jangan pernah menyalahkan pemimpin, apalagi menyalahkan alam, cukup melihat pada diri kita sendiri.
Bila kita berfikir dan mencoba memahami makna dari sebuah musibah, disana akan kita temukan beberapa hal yang Allah berikan untuk kita (dengan akal) memikirkannya, adakah musibah yang terjadi itu adalah satu cobaan, satu peringatan, ataukah satu hinaan (ancaman) dari Allah untuk membinasakan bagi mereka yang tidak atau kurang taat perintah-Nya?
Hal terakhir jika kita pikirkan, maka amat sangat berarti jika kita mau berendah diri atau dengan ‘memaksa’ diri kita ‘mengakui’ bahwa kita memang telah berbuat salah, atau khilaf, meski kesalahan yang kita perbuat mungkin setiap individunya tidak sama nilai kesalahannya itu dalam ‘pandangan’ Allah, namun setidaknya bila kita mau dengan ikhlas mengakuinya, dan bertaubat dengannya, lalu berusaha setelah itu untuk melakukan perbaikan di segala aspek kehidupan terutama dalam ketaatan kepada apa-apa yang menjadi perintah-Nya. Isyaallah tentu sebelumnya kita mengharapkan adanya ampunan Allah untuk kita.
Mari kita berhenti sejenak dari segala aktivitas yang cukup banyak menguras tenaga dan waktu kita, berhenti sejenak untuk merengunkan hakikat penciptaan Allah kepada makhluk-Nya, termasuk kita. Tanyakanlah pada diri kita sendiri, untuk apakah Allah menciptakan kita sebagai hamba-Nya? Adakah dari kita telah disibukkan dengan kemewahan nafsu dunia? Bisa jadi.
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu).”. (QS. Al-An’am:104).
Semoga Allah mengampuni segala khilaf yang telah kita lakukan selama ini, bencana ini Ya Allah, adalah sebagai bukti, bahwa Allah Maha Hidup dan Maha Mengatur makhluk. Semoga Allah masih berkenan menerima taubat kita, dan semoga Allah selalu membimbing kita dalam melakukan ketaatan kepada-Nya, dan melindungi kita dari godaan syetan yang selalu menggiring kita untuk melakukan maksiat kepada-Nya.
Mungkin tidak salah kalau kita mengaku telah bersalah, karena telah berbuat kerusakan dan kemaksiatan, karena kita adalah manusia yang tidak mustahil berbuat salah itu selalu ada, kesalahan atau kemaksiatan itu mungkin saja kita lakukan, baik yang disengaja ataupun yang tidak, baik yang terasa maupun yang tidak, baik yang nyata maupun yang tersembunyi dan kita memang bukan insan yang luput dari salah dan khilaf. “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”.(QS. An-Nisaa’:79).
Mungkin kita telah melangkah terlalu jauh, dan meninggalkan apa-apa yang seharusnya menjadi pijakan kita untuk melaksanakan perintah-Nya, mungkin kita lupa mengucap syukur saat Allah memberikan kenikmatan (apapun bentuknya) dari sebagian karunia-Nya, mungkin kita lupa mengucap Alhamdulillah saat Allah menganugerahkan kita rizki apa-apa yang telah kita makan, minum dan pakai sehari-hari, mungkin kita lupa mengucap tasbih memuji kekuasaan-Nya, saat Allah menampakkan kepada kita segala cipta keagunganNya yang tergambar dalam indahnya dunia, dan mungkin kita lupa mengucap takbir mengagungkanNya saat kita sedang berada di puncak ketinggian (apapun bentuk ketinggian itu), atau mungkin kita lupa mengucap istighfar saat Allah memberi kita bencana, dan musibah.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menemukan (ganjaran) kebaikan maka hendaklah dia memuji Allah dan barangsiapa mendapatkan selainnya jangalah dia mencela melainkan dirinya sendiri.” (HR. Al-Imam Muslim no.4674 dari shabat Abu Dzar ra).
Salamah berkata : “Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Jika kemaksiatan merebak di antara ummatku, maka Allah akan menimpakan azab yang mengenai siapa saja”, Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah diantara mereka ada orang-orang shaleh?”, Rasulullah menjawab: “Betul”, Sahabat bertanya : “Apakah yang diperbuat pada mereka?”, Rasulullah menjawab: “Mereka juga merasakan apa yang dirasakan orang pada umumnya”, mereka mendapat pengampunan dan ridha Allah.” (HR. Ahmad).
Sekali lagi, sudahkan kita benar-benar meninggalkan semua yang telah Allah larang? Sungguh bencana demi bencana yang terjadi di Negara kita adalah sebagai bukti bagi orang-orang yang berpikir. Bukti akan kebenaran Allah dan kelemahan diri kita sebagai manusia.
Jika Allah telah menunjukkan jalan kebenaran itu, namun kita masih tetap berada di jalan yang bukan jalan yang diridhaiNya, bisa jadi Allah murka karena kita tidak melaksanakan dienullah secara kaafah, juga mungkin saja Allah murka karena kemaksiatan yang merajalela yang sangat sulit dibendung dan berada di depan mata,, baik itu narkoba, perzinahan, pembunuhan, korupsi dan masih banyak lagi kemungkaran di depan kita, atau mungkin juga kita yang termasuk didalamnya?
Tentu dengan begitu kita berharap Allah senantiasa memberikan hidayah serta petunjukNya kepada kita. Dan sesungguhnya gempa bumi itu adalah salah satu teguran dari Allah untuk kita sebagai hamba-hambaNya. (Allahu a’lam), dengannya kita bisa memikirkan, semoga kita menjadikan pelajaran darinya, dan semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian.
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang”.(QS. Al A’la:14-15).
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.(QS.Al A’raf:23).
“Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi”.(QS. Hud:47).
Allahua’lam Bisowaab.
Search : Allah Menegur Kita melalui bencana dan musibah agar kita mau berpikir, mengambil hikmah dari setiap kejadian di dunia
Img : http://dishut.jabarprov.go.id/images/berita/jakarta-banjir.jpg
Source : Buletin Da’wah Hidayah-Edisi 342 / 29 Rabiul Awwal 1435 H
Seperti yang tengah terjadi di Negara kita saat ini. Banjir di mana-mana, bahkan hampir seluruh pelosok di Negara ini tidak terhindarkannya. Gunung Sinabung yang kemungkinan berbulan-bulan ke depan terus aktif mengeluarkan isi perutnya. Jangan pernah menyalahkan pemimpin, apalagi menyalahkan alam, cukup melihat pada diri kita sendiri.
Bila kita berfikir dan mencoba memahami makna dari sebuah musibah, disana akan kita temukan beberapa hal yang Allah berikan untuk kita (dengan akal) memikirkannya, adakah musibah yang terjadi itu adalah satu cobaan, satu peringatan, ataukah satu hinaan (ancaman) dari Allah untuk membinasakan bagi mereka yang tidak atau kurang taat perintah-Nya?
Hal terakhir jika kita pikirkan, maka amat sangat berarti jika kita mau berendah diri atau dengan ‘memaksa’ diri kita ‘mengakui’ bahwa kita memang telah berbuat salah, atau khilaf, meski kesalahan yang kita perbuat mungkin setiap individunya tidak sama nilai kesalahannya itu dalam ‘pandangan’ Allah, namun setidaknya bila kita mau dengan ikhlas mengakuinya, dan bertaubat dengannya, lalu berusaha setelah itu untuk melakukan perbaikan di segala aspek kehidupan terutama dalam ketaatan kepada apa-apa yang menjadi perintah-Nya. Isyaallah tentu sebelumnya kita mengharapkan adanya ampunan Allah untuk kita.
Mari kita berhenti sejenak dari segala aktivitas yang cukup banyak menguras tenaga dan waktu kita, berhenti sejenak untuk merengunkan hakikat penciptaan Allah kepada makhluk-Nya, termasuk kita. Tanyakanlah pada diri kita sendiri, untuk apakah Allah menciptakan kita sebagai hamba-Nya? Adakah dari kita telah disibukkan dengan kemewahan nafsu dunia? Bisa jadi.
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu).”. (QS. Al-An’am:104).
Semoga Allah mengampuni segala khilaf yang telah kita lakukan selama ini, bencana ini Ya Allah, adalah sebagai bukti, bahwa Allah Maha Hidup dan Maha Mengatur makhluk. Semoga Allah masih berkenan menerima taubat kita, dan semoga Allah selalu membimbing kita dalam melakukan ketaatan kepada-Nya, dan melindungi kita dari godaan syetan yang selalu menggiring kita untuk melakukan maksiat kepada-Nya.
Mungkin tidak salah kalau kita mengaku telah bersalah, karena telah berbuat kerusakan dan kemaksiatan, karena kita adalah manusia yang tidak mustahil berbuat salah itu selalu ada, kesalahan atau kemaksiatan itu mungkin saja kita lakukan, baik yang disengaja ataupun yang tidak, baik yang terasa maupun yang tidak, baik yang nyata maupun yang tersembunyi dan kita memang bukan insan yang luput dari salah dan khilaf. “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”.(QS. An-Nisaa’:79).
Mungkin kita telah melangkah terlalu jauh, dan meninggalkan apa-apa yang seharusnya menjadi pijakan kita untuk melaksanakan perintah-Nya, mungkin kita lupa mengucap syukur saat Allah memberikan kenikmatan (apapun bentuknya) dari sebagian karunia-Nya, mungkin kita lupa mengucap Alhamdulillah saat Allah menganugerahkan kita rizki apa-apa yang telah kita makan, minum dan pakai sehari-hari, mungkin kita lupa mengucap tasbih memuji kekuasaan-Nya, saat Allah menampakkan kepada kita segala cipta keagunganNya yang tergambar dalam indahnya dunia, dan mungkin kita lupa mengucap takbir mengagungkanNya saat kita sedang berada di puncak ketinggian (apapun bentuk ketinggian itu), atau mungkin kita lupa mengucap istighfar saat Allah memberi kita bencana, dan musibah.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menemukan (ganjaran) kebaikan maka hendaklah dia memuji Allah dan barangsiapa mendapatkan selainnya jangalah dia mencela melainkan dirinya sendiri.” (HR. Al-Imam Muslim no.4674 dari shabat Abu Dzar ra).
Salamah berkata : “Aku mendengar Rasulullah bersabda: “Jika kemaksiatan merebak di antara ummatku, maka Allah akan menimpakan azab yang mengenai siapa saja”, Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah diantara mereka ada orang-orang shaleh?”, Rasulullah menjawab: “Betul”, Sahabat bertanya : “Apakah yang diperbuat pada mereka?”, Rasulullah menjawab: “Mereka juga merasakan apa yang dirasakan orang pada umumnya”, mereka mendapat pengampunan dan ridha Allah.” (HR. Ahmad).
Sekali lagi, sudahkan kita benar-benar meninggalkan semua yang telah Allah larang? Sungguh bencana demi bencana yang terjadi di Negara kita adalah sebagai bukti bagi orang-orang yang berpikir. Bukti akan kebenaran Allah dan kelemahan diri kita sebagai manusia.
Jika Allah telah menunjukkan jalan kebenaran itu, namun kita masih tetap berada di jalan yang bukan jalan yang diridhaiNya, bisa jadi Allah murka karena kita tidak melaksanakan dienullah secara kaafah, juga mungkin saja Allah murka karena kemaksiatan yang merajalela yang sangat sulit dibendung dan berada di depan mata,, baik itu narkoba, perzinahan, pembunuhan, korupsi dan masih banyak lagi kemungkaran di depan kita, atau mungkin juga kita yang termasuk didalamnya?
Tentu dengan begitu kita berharap Allah senantiasa memberikan hidayah serta petunjukNya kepada kita. Dan sesungguhnya gempa bumi itu adalah salah satu teguran dari Allah untuk kita sebagai hamba-hambaNya. (Allahu a’lam), dengannya kita bisa memikirkan, semoga kita menjadikan pelajaran darinya, dan semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian.
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang”.(QS. Al A’la:14-15).
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.(QS.Al A’raf:23).
“Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi”.(QS. Hud:47).
Allahua’lam Bisowaab.
Search : Allah Menegur Kita melalui bencana dan musibah agar kita mau berpikir, mengambil hikmah dari setiap kejadian di dunia
Img : http://dishut.jabarprov.go.id/images/berita/jakarta-banjir.jpg
Source : Buletin Da’wah Hidayah-Edisi 342 / 29 Rabiul Awwal 1435 H
0 Response to "Allah Menegur Kita"
Post a Comment
Terimakasih atas kujungannya, silahkan berkomentar dengan baik dan sopan sesuai dengan materi artikel! Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.